Zafea House: Rumah Sunyi yang Bersuara Nyaring

Author : Dinan

Blitar bukan kota yang biasa kita dengar dalam peta skena musik independen. Tapi justru di sunyi dan tenangnya kota ini, sebuah percikan kecil bernama Zafea House menyala. Bukan ledakan, tapi denyut konstan, hangat, konsisten, dan penuh tekad.

Zafea House bukan sekadar tempat minum kopi. Ia adalah semacam oase urban yang terselip di antara jalanan lengang Blitar. Dari luar, bangunannya tak menantang mata: seperti rumah biasa yang mungkin kamu lewati begitu saja. Tapi begitu melangkah masuk, atmosfer langsung berubah.

Dinding gelap dengan deretan foto musisi legendaris, koleksi kaset pita, rak buku yang penuh cerita, hingga mural bergaya Turki yang menggambarkan para penari sufi memutar dalam keheningan spiritual, semuanya bersatu menciptakan ruang yang tak hanya estetis, tapi juga punya nyawa.

Di sini, musik tak hanya diputar, ia hidup. Zafea menjelma jadi panggung kecil yang memeluk mimpi-mimpi besar. Musik indie Blitar, menemukan tempat ini bukan hanya sebagai tempat tampil, tapi sebagai rumah. Ruang yang menerima tanpa banyak tanya, membiarkan suara-suara baru tumbuh tanpa pretensi.

Lebih dari sekadar titik temu musisi, Zafea House juga mulai dilirik para pembuat video klip dan seniman visual. Interiornya yang kaya nuansa, menciptakan latar sempurna untuk narasi visual yang ingin bicara lebih dari sekadar estetika.

Apa yang membuat Zafea House istimewa bukan desainnya, bukan pula kopinya, meski keduanya layak disorot. Tapi lebih karena kejujurannya. Tempat ini lahir bukan karena tren, tapi karena kebutuhan. Kebutuhan akan ruang. Akan suara. Akan komunitas. Dan di tengah kota kecil yang kadang terasa lupa waktu, Zafea berdiri sebagai pengingat bahwa skena tak butuh ibu kota untuk tumbuh. Ia hanya butuh keberanian untuk memulai.

Scroll to Top