“Universal Music”: Saat Blitar Kembali Bersuara

Author : Dinan

Sabtu malam, Notokopi kembali jadi saksi semangat musik yang tak pernah benar-benar padam. Lewat sebuah gelaran bertajuk “Saturday Universal Music Pingkal Tira”, komunitas musik bawah tanah Blitar, Blitar Underground Community (BUC), kembali menunjukkan taringnya.

Di balik acara ini ada sosok Nanang dan Happy, yang sejak awal sudah punya keresahan: musik di Blitar seakan vakum, komunitas-komunitas tercerai, dan panggung-panggung sepi dari suara-suara bawah tanah. Maka, lewat Universal Music, semua itu coba disulut lagi.

“Intinya kita mengumpulkan semua pemusik, dari berbagai aliran,” ujar Happy, yang malam itu jadi motor utama pergerakan. Konsepnya jelas: satu panggung, semua genre, tanpa sekat. Sebuah pendekatan yang inklusif dan menyegarkan, seperti era kejayaan gigs indie awal 2000-an.

BUC jadi penyumbang tenaga dan semangat paling besar malam itu. Sebuah komunitas yang selama ini jadi rumah bagi band-band cadas, eksperimental, hingga yang lebih eksentrik. Kehadiran mereka tak cuma menghidupkan suasana, tapi juga menyatukan banyak kepala dan telinga yang haus akan suara-suara alternatif.

Notokopi, yang sejak awal memang dikenal sebagai ruang ekspresi kreatif, kembali mengukuhkan dirinya sebagai simpul penting dalam denyut musik independen Blitar. Malam itu, tak ada major label, tak ada kamera besar—hanya musik, komunitas, dan kejujuran yang mentah.

Dan dari situ, mungkin saja gelombang baru skena Blitar akan lahir kembali.

Scroll to Top